SUASANA IDUL FITRI DI MASA NABI SAW
*اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ, * اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ
*اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ, *وَللهِ الْحَمْدُ
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاَ. لاَ اِلَهَ إِلاَّّ اللهُ وَحْدَهُ, صَدَقَ وَعْدَهُ, وَنَصَرَ عَبْدَهُ, وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ الله ُ وَحْدَهُ َلا شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِينَ وَتَابِعِيْهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ, فَيَا عِبَادَ الله إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Allahu Akbar ,Allahu Akbar, Allahu Akbar...
Hari ini, ketika matahari mulai merangkak menyinari mayapada, gema takbir, tasbih dan tahmid pun membahana di seluruh penjuru bumi. Kita semua yang hadir disini dilapangan atau masjid ini bersama satu seperempat miliyar manusia muslim yang mendiami bumi ini, hari ini datang menghadap Allah SWT menundukkan hati diharibaan-Nya, dan dengan khusyu menggemakan pujian-pujian untuk-Nya, mengagungkan kebesaran-Nya, menyadari betapa kecilnya kita dihadapan-Nya, betapa butuhnya kita pada rahmat-Nya, dan betapa tidak berartinya kehidupan ini tanpa agama-Nya serta tanpa Rasul-rasul yang telah diamanatkan membawa agama-Nya.
Hari ini, dengan berat hati kita meninggalkan bulan suci penuh berkah, bulan ramadhan, bulan dimana Allah SWT membagi rahmat-Nya, menurunkan maghfirah-Nya, dan membuka peluang selebar-lebarnya untuk membebaskan hamba-hamba-Nya dari siksa neraka serta menurunkan satu malam lailatul qodr, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dan diatas semua ini, bulan ini juga merupakan waktu dimana Allah menurunkan kitab-Nya, Al-quran, agar ia menjadi petunjuk bagi segenap manusia, hingga akhir jaman, dalam mengarungi lautan kehidupan, sehingga dengan petunjuk itu manusia dapat mencapai pantai keselamatan.
Hari ini, sekali lagi, dengan berat hati kita meninggalkan bulan Ramadhan. Semoga saja amalan ibadah yang kita lakukan di bulan itu dapat mengantar kita kembali kepada fitrah kita, fitrah yang menyemai iman dalam dada kita, fitrah yang menyingkap tabir kebenaran bagi mata hati kita, fitrah yang membuka rahasia kepalsuan dunia, fitrah yang selamanya menyatukan kita dengan kehendak-kehendak Allah yang termaktub dalam kitab-Nya dan Sunnah Rasul-Nya.
Allahu Akbar ,Allahu Akbar, Allahu Akbar...
Perjuangan berat yang kita lalui selama bulan Ramadhan ini barangkali telah menciptakan suasana keimanan yang sejuk dalam hati kita, suasana yang tercipta dari saat-saat kedekatan dengan Allah melalui ibadah, dan saat-saat kejauhan dari hiruk pikuk kesenangan dunia. Hari ini kita semua hadir disini, dilapangan atau dimasjid ini, mengalir bagai arus air menuju satu muara, muara fitrah.
Disini semua kegembiraan kita tumpah ruah. Kegembiraan itu terlihat pada sinar mata kita, pada senyim kita, pada pakaian kita, pada makanan kita. Hari ini kita semua bergembira dan bersuka cita, istri-istri kita membuat makanan yang lezat, anak-anak kita mengenakan sepatu baru, celana baru, baju baru. Semuanya serba baru, sebaru jiwa kita yang baru saja melewati masa pembinaan selama satu bulan.
Allahu Akbar ,Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Tetapi marilah sejenak kita kembali kebelakang, kembali merenungi saat-saat dimana Rasulullah SAW bersama sahabat-sahabatnya pertama kali merayakan shalat iedul fitri. Seperti apakah kegembiraan mereka saat itu??? Seperti apakah suasana jiwa mereka ketika itu???
Tiga belas tahun lamanya Rasulullah SAW mengemban amanah da’wah di mekkah. Dan selama itu pula, beliau beserta para sahabat yang masuk Islam dan berjuang bersama beliau, mengalami penderitaan demi penderitaan, siksaan demi siksaan, baik kepada pribadi beliau, maupun kepada keluarga dan sahabat beliau.
Masih segar dalam ingatan kita bagaimana Ibnu Mu’ith mencekik leher Beliau dengan usus unta ketika beliau sedang shalat. Masih segar dalam ingatan kita bagaimana Abu Lahab melempar beliau dengan batu ketika beliau berpidato di bukit Shofa. Masih segar dalam ingatan kita bagaimana umayyah menindih Bilal Bin Rabbah dengan batu besar di padang pasir di tengah terik matahari yang panas membara. Masih segar dalam ingatan kita bagaimana mereka menyiksa orang tua jompo semacam Yasir, menggantungnya di padang pasir di bawah terik matahari, untuk kemudian membunuhnya dengan keji. Masih segar betul dalam ingatan kita bagaimana mereka menyiksa seorang manusia tua semacam Sumayyah, istri yasir, untuk kemudian membunuhnya dengan cara menikamkan tombak kedalam kemaluan beliau. Masih segar betul bagaimana mereka mengembargo ekonomi para sahabat, sampai-sampai mereka terpaksa harus makan daun-daun dan serbuk kayu karena mereka tidak lagi mendapat makanan. Bahkan ketika cobaan itu semakin berat, Rasulullah SAW menyuruh beberapa sahabatnya berhijrah ke Habsyah, Ethiopia.
Begitulah, disaat beliau menghadapi tantangan yang berat, satu-satu orang dekat beliau meninggal. Bermula dari Abu Thalib, paman yang setia melindungi beliau, dan kemudian Khadijah, istri beliau, manusia yang pertama kali beriman kepada beliau, dan mendampingi beliau dalam suka dan duka, mengorbankan semua hartanya untuk perjuangan da’wah.
Sampai ketika da’wah di mekkah tidak lagi dapat berkembang dengan baik , dan terlihatlah oleh beliau bahwa Mekkah tidak terlalu kondusif untuk mendirikan Daulah Islamiyah, maka dengan wahyu Allah akhirnya beliau bersama Sahabat-sahabatnya berhijrah ke madinah pada tahun ke tigabelas sejak beliau dibangkitkan menjadi Rasul.
Mereka berangkat meninggalkan Mekkah menuju Madinah. Mereka harus rela meninggalkan tanah tumpah darah mereka, meninggalkan keluarga mereka, meninggalkan anak-anak dan istri-istri mereka. Lebih dari itu, mereka pun harus meninggalkan harta benda mereka. Di kota baru ini, mereka tidak pernah tahu bagaimanakah masa depan mereka kelak, mereka juga tentu tidak akan tahu bagaimana masa depan keluarga yang mereka tinggalkan di Mekkah.
Ada jenak-jenak dimana ingatan beliau kembali ke mekkah, tanah tumpah darah beliau dan beliau akan menangis penuh haru. Bahkan suatu ketika beliau menangis mengenang rumput izkhir di depan Bilal bin rabbah.
Tetapi di kota baru ini, kota hijrah, perjuangan Beliau belum selesai. Tantangan-tantangan yang Beliau hadapi semakain keras. Orang-orang Musyrikin Quraisy di Mekkah semakin getol mencari kesempatan untuk menyerang Beliau.
Akhirnya Allah SWT mengijinkan orang-orang mukmin untuk berperang melalui firman-Nya yang turun pada tahun ke dua Hijriyyah (Q.S.: 22:39)
tbÏŒé& tûïÏ%©#Ï9 šcqè=tG»s)ムöNßg¯Rr'Î/ (#qßJÎ=àß 4 ¨bÎ)ur ©!$# 4’n?tã óOÏdÎŽóÇtR íƒÏ‰s)s9 ÇÌÒÈ
39. telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu,
Akan tetapi perang itu tidak segera terwujud, sekalipun Rasulullah SAW telah mengetahui bahwa perang itu pasti terjadi. Pada bulan kesembilan pada tahun itu juga, yaitu tahun kedua Hijriyyah, Allah SWT mewajibkan semua orang-orang beriman untuk berpuasa. Allah SWT berfirman ( QS: 2:183 )
$yg•ƒr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä =ÏGä. ãNà6ø‹n=tæ ãP$u‹Å_Á9$# $yJx. =ÏGä. ’n?tã šúïÏ%©!$# `ÏB öNà6Î=ö7s% öNä3ª=yès9 tbqà)Gs? ÇÊÑÌÈ
183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Kewajiban puasa adalah rukun Islam pertama yang turun di madinah, setelah lima tahun sebelumnya, atau tahun kesepuluh dari masa kebangkitan Rasulullah SAW, Allah SWT menurunkan perintah shalat. Puasa merupakan ibadah yang diwajibkan atas setiap individu muslim dan berlaku kolektif pada waktu yang sama, yaitu bulan Ramadhan.Ibadah puasa bagi masyarakat arab yang baru saja beriman adalah sesuatu yang baru. Masyarakat Islam yang masih dekat dengan masa jahiliyah, masa dimana orang hanya mengenal makan dan minum serta sex, tiba-tiba harus meninggalkan semua itu semata-mata untuk menunjukkan ketundukan kepada Allah SWT. Tentu saja itu merupakan pengalaman spiritual yang amat baru, pengalaman yang merubah suasana ruhani dan jiwa mereka, pengalaman yang mengangkat mereka naik kelangit ketinggian, menemui kehendak-kehendak Allah, untuk kemudian turun ke bumi, dan menemukan betapa kerdilnya manusia, betapa tidak berartinya kenikmatan dunia, dibanding kenikmatan yang ada di sisi Allah SWT.
Allahu Akbar ,Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Tujuh belas hari setelah pengalaman puasa pertama itu, tepatnya hari jum’at tanggal tujuh belas Ramadhan tahun kedua Hijriyah, datanglah saatnya Allah SWT mewujudkan ijin berperang yang telah diwahyukan pada awal-awal tahun kedua Hijriyah. Karena tepat pada hari itu Allah SWT mempertemukan tentara-tentara musyrikin Mekkah dengan tentara-tentara muslim Madinah di suatu tempat yang bernama Badar. Perang itulah yang kemudian dikenal dengan Perang Badar.
Sesungguhnya kaum muslimin waktu itu merasa belum siap untuk berperang. Tetapi Allah SWT sendiri yang dengan sengaja menggiring mereka untuk terlibat dalam perang itu. Ketidaksiapan itu dilukiskan Allah dalam Al-qur’an ( QS: 8:42 )
øŒÎ) NçFRr& Íourô‰ãèø9$$Î/ $u‹÷R‘‰9$# Nèdur Íourô‰ãèø9$$Î/ 3“uqóÁà)ø9$# Ü=ò2§9$#ur Ÿ@xÿó™r& öNà6ZÏB 4 öqs9ur óO›?‰tã#uqs? óOçGøÿn=tG÷z]w ’Îû ω»yèŠÏJø9$# `Å3»s9ur zÓÅÓø)u‹Ïj9 ª!$# #XöDr& šc%Ÿ2 ZwqãèøÿtB šÎ=ôguŠÏj9 ô`tB šn=yd .`tã 7poYÍh‹t/ 4Ózóstƒur ô`tB †yr .`tã 7poYÍh‹t/ 3 žcÎ)ur ©!$# ìì‹ÏJ¡s9 íOŠÎ=tæ ÇÍËÈ
42. (Yaitu di hari) ketika kamu berada di pinggir lembah yang dekat dan mereka berada di pinggir lembah yang jauh sedang kafilah itu berada di bawah kamu[617]. Sekiranya kamu Mengadakan persetujuan (untuk menentukan hari pertempuran), pastilah kamu tidak sependapat dalam menentukan hari pertempuran itu, akan tetapi (Allah mempertemukan dua pasukan itu) agar Dia melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan[618], Yaitu agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula)[619]. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui,
[617] Maksudnya: kaum muslimin waktu itu berada di pinggir lembah yang dekat ke Madinah, dan orang-orang kafir berada di pinggir lembah yang jauh dari Madinah. sedang kafilah yang dipimpin oleh Abu Sofyan itu berada di tepi pantai kira-kira 5 mil dari Badar.
Allahu Akbar ,Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Sekalipun kaum muslimin merasa kurang siap berperang, tetapi Allah ingin membuktikan dan mewujudkan kehendak-Nya yang lain. Akhirnya kaum muslimin dengan ijin Allah berhasil memenangkan perang Badar.
Apabila ibadah puasa telah memberi pengalaman spiritual yang lain bagi kaum muslimin, maka perang badar memberi pengalaman spiritual yang lebih dahsyat kepada kaum muslimin. Betapa dalam perang itu iman mereka teruji, dan betapa dalam perang itu mereka menyaksikan kebesaran Allah SWT. Dalam perang itu doa yang pernah diucapkan Rasulullah SAW di Mekkah untuk menghancurkan Abu Jahal, Umayyah dan dedengkot-dedengkot musyrikin quraisy lainnya menjadi kenyataan. Dalam perang itu Allah SWT menyembuhkan dendam kaum muslimin terhadap kaum musyrikin.
Kaum muslimin akhirnya kembali ke Madinah membawa bendera kemenangan, membawa 70 tahanan, setelah sebelumnya membunuh 70 orang musyrik. Diantara kaum muslim ada 14 orang yang syahid.
Begitulah kaum muslimin memasuki dan mengisi 13 hari terakhir dari bulan Ramadhan pertama. Setelah kedua pengalaman dahsyat itu, Allah SWT menurunkan kewajiban zakat untuk membersihkan harta dan diri mereka. Allah SWT berfirman ( QS: 9:103 )
õ‹è{ ô`ÏB öNÏlÎ;ºuqøBr& Zps%y‰¹ öNèdãÎdgsÜè? NÍkŽÏj.t“è?ur $pkÍ5 Èe@¹ur öNÎgø‹n=tæ ( ¨bÎ) y7s?4qn=¹ Ö`s3y™ öNçl°; 3 ª!$#ur ìì‹ÏJy™ íOŠÎ=tæ ÇÊÉÌÈ
103. ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
Zakat itu akan membersihkan mereka dari sifat kikir dan cinta yang berlabihan terhadap harta dan dunia. Zakat itu juga akan mensucikan hati mereka dan menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam diri mereka
Allahu Akbar ,Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Setelah melalui tiga rangkaian kewajiban itu, Puasa, Perang dan Zakat, barulah mereka memasuki dan merayakan hari raya Iedul Fitri. Setelah mereka berhasil melawan setan dalam diri mereka melalui puasa, berhasil melawan musuh didepan mata mereka melalui perang, lalu mmembersihkan kedua kemenangan itu dengan zakat, barulah mereka memasuki Iedul Fitri.
Bayangkanlah bagaimanakah perasaan Rasulullah bersama sahabat-sahabatnya merayakan Iedul Fitri pertama itu? Bagaimanakah perasaan mereka saat mereka melangkahkan kaki menuju lapangan sembari menggemakan takbir. Allahu Akbar ,Allahu Akbar, Allahu Akbar?
Dapatkah kita membayangkan seandainya Khadijah ada disisi Rasulullah SAW merayakan Iedul Fitri pertama beliau? Dapatkah kita membayangkan seandainya Yassir dan Sumayyah juga hadir merayakan Iedul Fitri itu? Dapatkah kita membayangkan seandainya Saad Bin Mu’az, laki-laki yang ketika syahid di Badar Arasy di langit ikut tergoncang, juga hadir menyaksikan perayaan Iedul Fitri pertama itu? Dapatkah kita membayangkan seandainya 14 sahabat yang syahid di Badar itu turut menyaksikan perayaan Iedul Fitri ini bersama istri dan anak-anak mereka? Lalu bagaimana pulakah perasaan keluarga dan anak-anak mereka yang telah syahid itu??
Semua pertanyaan itu larut dalam haru biru kegembiraan hakiki yang mereka rasakan. Hari itu jiwa mereka tenggelam dalam kesyahduan iman, menyatu dengan hakikat kehendak Allah SWT, dan dengan fitrah mereka. Kegembiraan mereka pagi itu, 15 abad yang lalu, tumpah ruah dalam alunan gema tahmid, tasbih dan takbir serta tahlil.
Allahu Akbar ,Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Sekarang marilah kita bertanya kepada diri kita masing-masing. Adakah kegembiraan kita hari ini sama dengan kegembiraan mereka hari itu? Barangkali kita telah memenangakan perang melawan setan dalam diri kita melalui puasa, tetapi kita justru tertindas oleh musuh-musuh Allah.
Hari ini, ketika anak-anak kita mengenakan baju baru, celana baru, sepatu baru dan tertawa sembari mengunyah coklat, dapatkah kita membayangkan baju apakah yang dipakai bocah-bocah Palestina, bocah-bocah Irak? Celana dan sepatu macam apakah yang dipakai oleh mereka? Makanan apakah yang sedang dikunyah oleh mereka?? Tahukah kita bahwa anak-anak Palestina hari ini harus merayakan Iedul Fitri dibawah moncong senapan Israel, atau dibalik tembok tebal karena mereka harus bersembunyi dari kejaran tentara-tentara Israel? Atau bahwa mereka harus shalat sembari menggenggam batu menanti serangan tentara Israel??
Hari ini, ketika istri-istri kita memasak dan menyediakan hidangan Iedul Fitri yang lezat, dapatkah kita membayangkan makanan jenis apakah yang sedang dihidangkan oleh wanita-wanita Palestina, Irak?? Tahukah kita, bahwa boleh jadi hari ini sebagian dari wanita-wanita Irak sedang diperkosa oleh tentara-tentara Amerika??. Dapatkah kita membayangkan bagaimana perasaan mereka saat menyaksikan anak-anak mereka yang lahir karena perkosaan??.
Hari ini, ketika pemuda-pemuda kita dengan riang gembira memukul bedug, tahukah kita bahwa pemuda-pemuda Irak harus siap mendengar dentuman meriam, bom yang setiap saat meledak dimana-mana, bahwa pemuda-pemuda Palestina harus bersembunyi di gunung-gunung menghindari serangan tentara-tantara Israel, atau harus shalat di bawah kilatan peluru tentara-tentara Israel??
Dapatkah kita bergembira ketika kita disisi menghirup sirup yang segar, saudara-saudara kita di Palestina, Irak dan lainnya, harus menyerahkan darah mereka untuk dihirup oleh tentara-tentara Israel, tentara-tentara amerika?? Dapatkah wanita-wanita disini bergembira ketika saudari-saudari mereka di Palestina, Irak, dan lainnya justru diperkosa, dianiaya atau bahkan digorok perutnya untuk sekedar mengetahui apakah bayinya laki-laki atau perempuan??
Lalu apakah arti kegembiraan yang sekarang kita rasakan?? Apakah arti senyum dan tawa kita disini, ketika saudara-saudara kita justru berlumuran darah dan air mata?? Dapatkah senyum dan tawa kita menyatu dengan darah dan air mata mereka??
Nurani siapakah yang dapat membenarkan itu?? Bahkan nurani siapakah yang dapat bergembira justru ketika saudara-saudaranya sedang teraniaya, tertindas dan tidak memperoleh sedikitpun hak hidup mereka? Adakah kita yang hadir disini juga mempunyai nurani seperti itu?? Apakah hati kita telah menjadi batu yang tak dapat mendengar jerit tangis anak-anak yatim, janda-janda, orang tua jompo di Palestina, irak, Afganistan fathani Myanmar dan dunia Islam lainnya?? Apakah di tengah renyah tawa kalian, wahai Muslimin, wahai Mukminin, wahai orang-orang yang baru saja lepas dari gemblengan puasa Ramadhan, masih dapat mendengar lolongan-lolongan saudara-saudara kita sesama Muslim yang sedang sekarat di Palestina, Irak dan lainnya?? Masihkah ada nurani dalam diri kita ?? masihkah ada telinga hati yang dapat mendengar jeritan mereka dalam diri kita?? Masihkah ada mata hati dalam diri kita yang mau menyaksikan kucuran darah dan air mata mereka?? Dimanakah kita berada ketika mereka sedang menjerit menahan luka?? Dimanakah kita berada ketika Rasulullah SAW bersabda:
“Orang-orang Muslim itu bagaikan satu tubuh, apabila ada satu bagian yang sakit, maka seluruh bagian tubuh lain pun ikut sakit karenanya.”
Dimanakah kita berada ketika Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa yang tidak memperhatikan urusan orang-orang beriman, maka dia bukan dari golongan mereka.”
Bukankah darah mereka aldalah darah kita juga ?? bukankah tulang belulang mereka adalah juga tulang belulang kita ?? Bukankah daging mereka adalah juga daging kita ?? tetapi mengapa darah yang di Palestina, Irak dan lainya, tidak menimbulakan jeritan di sini, di dalam jiwa orang-orang yang mengaku Muslim di Indonesia?? Mengapa daging Muslim yang tercabik-cabik di Palestina, Irak serta lainya tidak melahirkan tangis disini, di tanah air di Indonesia, pada mata orang-orang yang membawa nama Islam dalam dadanya?? Relakah kita tertawa disini dan membiarkan saudara-saudara kita dibelahan bumi lainnya mengucurkan darah dan air mata ??
Allahu Akbar ,Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Jika dalam dada kita ada iman, jika dalam jiwa kita masih ada Islam, jika dalam hati kita masih ada nurani, sesunggguhnya hari ini kita tidak layak tertawa, tidak layak tersenyum, tidak layak bergembira, sebelum kita mengulurkan tangan ke sana, kesetiap belahan bumi Islam dimana air mata Muslim mengalir berderai, dimana darah Muslim tumpah percuma tanpa dosa, membelai kepala anak-anak yatim Palestina, Irak dan lainya, meringankan beban janda-janda syuhada, membekali pemuda-pemuda yang siap merebut syahadah dalam medan pertempuran.
Jika dalam dada kita masih ada iman, jika dalam jiwa kita masih ada Islam, jika dalam hati kita masih ada nurani, dan jika sanggup menyiram pohon kemerdekaan Palestina, Irak dan lainya dengan darah dan air mata kita, marilah kita mendoakan mereka, memberikan apa saja yang bisa kita berikan kepada mereka, memberikan perasaan, pikiran, dan harta benda kita. Rupiah yang kita berikan kepada mereka akan menghidupkan jihad, menyuburkan pohon perjuangan, membuka jalan panjang menuju kemerdekaan dan kebebasan di bumi Palestina, Irak dan lainya, dimana kalimat Allah menjadi yang tertinggi, dan kalimat syirik menjadi hina dina. Sesungguhnya jihad itu tidak membutuhkan kita. Sebab jihad tetap bisa berjalan dengan kita atau tanpa kita. Tetapi kitalah yang membutuhkan jihad, sebab dengan itu kita memperoleh kemuliaan dan keutamaan dari Allah SWT. Allah SWT berfirman,
( Q.S: 4:95 )
žw “ÈqtGó¡o„ tbr߉Ïè»s)ø9$# z`ÏB tûüÏZÏB÷sßJø9$# çŽöxî ’Í<'ré& Í‘uŽœØ9$# tbr߉Îg»yfçRùQ$#ur ’Îû È@‹Î6y™ «!$# óOÎgÏ9ºuqøBr'Î/ öNÍkŦàÿRr&ur 4 Ÿ@žÒsù ª!$# tûïωÎg»yfçRùQ$# óOÎgÏ9ºuqøBr'Î/ öNÍkŦàÿRr&ur ’n?tã tûïωÏè»s)ø9$# Zpy_u‘yŠ 4 yxä.ur y‰tãur ª!$# 4Óo_ó¡çtø:$# 4 Ÿ@žÒsùur ª!$# tûïωÎg»yfßJø9$# ’n?tã tûïωÏè»s)ø9$# #·ô_r& $VJŠÏàtã ÇÒÎÈ
95. tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk[340] satu derajat. kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk[341] dengan pahala yang besar,
[340] Maksudnya: yang tidak berperang karena uzur.
[341] Maksudnya: yang tidak berperang tanpa alasan. sebagian ahli tafsir mengartikan qaa'idiin di sini sama dengan arti qaa'idiin Maksudnya: yang tidak berperang karena uzur.
Ma’asyirol Mukminin Rahimakumullah.
Marilah kita merendahkan diri, menyadari segala kelalaian kita selama ini, begitu banyak kesalahan kita, kepada diri sendiri, kepada kedua orang tua kita, kepada teman dan tetangga kita. Betapa banyak kewajiban-kewajiban agama yang merupakan hak Allah terhadap kita yang belum kita laksanakan, betapa banyak aturan dan undang-undang Allah yang sengaja atau tidak sengaja kita tinggalkan. Tidak mustahil ada makanan haram yang sempat kita telan tanpa perasaan salah dan dosa, mungkin saja ada saudara-saudara kita yang merasa sakit hati karena ulah dan sikap kita. Barangkali pula selama ini sepatah untaian do’apun belum pernah kita panjatkan ke hadirat Allah untuk saudara-saudara kita yang tengah berjuang di jalan Allah. Marilah kita panjatkan do’a untuk mereka semoga Allah berkenan mempersatukannya dan memberikan kemenangan.
Marilah kita merendahkan diri, menyadari segala kelalaian kita selama ini, begitu banyak kesalahan kita, kepada diri sendiri, kepada kedua orang tua kita, kepada teman dan tetangga kita. Betapa banyak kewajiban-kewajiban agama yang merupakan hak Allah terhadap kita yang belum kita laksanakan, betapa banyak aturan dan undang-undang Allah yang sengaja atau tidak sengaja kita tinggalkan. Tidak mustahil ada makanan haram yang sempat kita telan tanpa perasaan salah dan dosa, mungkin saja ada saudara-saudara kita yang merasa sakit hati karena ulah dan sikap kita. Barangkali pula selama ini sepatah untaian do’apun belum pernah kita panjatkan ke hadirat Allah untuk saudara-saudara kita yang tengah berjuang di jalan Allah. Marilah kita panjatkan do’a untuk mereka semoga Allah berkenan mempersatukannya dan memberikan kemenangan.
Akhirnya, marilah kita merendahkan diri di hadapan Allah, berdo’a dan munajat ke haribaanNya dengan tulus hati :
إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين. قل اللهم مالك الملك تؤتي الملك من تشاء وتنزع الملك ممن تشاء وتعز من تشاء وتذل من تشاء بيدك الخير إنك على كل شيء قدير. تولج الليل في النهار وتولج النهار في الليل وتخرج الحي من الميت وتخرج الميت من الحي وترزق من تشاء بغير حساب.
Allahumma ya Allah.
Kami yang hadir di sini adalah hamba-hambaMy yang lemah tanpa daya. Hamba-hambaMu yang banyak dosa dan kesalahan ! Karena itu ya Allah ampunkanlah dosa-dosa kami dan dosa orang tua kami.
Ya Allah, Engkau saksikan kami pada pagi ini menundukkan kepala dengan kepasrahan dan kerendahan hati dan mengingat-ingat kembali keadaan diri kami tentang apa yang telah kami perbuat selama ini baik untuk diri kami sendiri, untuk keluarga, masyarkat dan untuk agama Mu.
Seberapa besar rasa cinta kami kepadaMu dan kepada rasulMu Muhammad saw, seberapa jauh perubahan-perubahan berarti dalam diri kami yang telah sekian kali melalui Ramadhan. Seberapa andil kami dalam membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan. Seberapa besar dari potensi dan kerja yang belum kami pertaruhkan, kontribusi dan pemikiran yang belum kami curahkan, atau keringat dan darah yang belum tumpah demi perjuangan Islam.
Ya Allah, kami menyadari sesungguhnya telah datang kepada kami RasulMu yang menyeru kepada keIslaman, keimanan dan keistiqomahan, maka mudahkanlah bagi kami curahan hidayahMu sehingga kami mampu menjawab seruanMu dengan kata perbuatan dan perjuangan.
Ya Allah teguhkan dan kuatkan hati kami, sehingga tak mudah tergoda oleh bisikan, was-was syetan yang menyebabkan goyahnya keimanan kami. Tunjukilah kami dan mudahkanlah datangnya petunjuk kepada kami, tolonglah kami terhadp siapa saja yang menganiaya kami. Robbana, jadikanlah kami orang yang pandai bersyukur, berzikir dan takut kepadaMu, taat, tunduk banyak mengadu dan kembali kepadaMu. Robbana, terimalah taubat kami, cucilah dosa kami, kabulkanlah do’a kami, luruskanlah lidah kami dan cabutlah kedengkian hati kami.
Ya Allah, kami menyadari bahwa kelemahan dan kealpaan kami di satu sisi dan keganasan gangguan syetan yang terus menyerang kami seringkali membuat kami lalai dan lesu dalam keimanan dan keIslaman. Karenanya ya Allah, jagalah diri kami dengan Islam dalam keadaan berdiri, duduk dan saat berbaring. Tanamkan rasa takut kepadaMu yang dapat menghalangi diri kami dari berbuat maksiat, berikan ketaatan kepadaMu yang mampu menghantar kami ke SyurgaMu, karuniakan kami keyakinan yang dengannya Engkau ringankan cobaan-cobaan hidup yang menimpa kami
Ya Allah, kami menyadari beratnya perjuangan menegakkan agamaMu, mengibarkan panjiMu, disaat umatMu terkoyak-koyak dan tercabik oleh tangan-tangan jahanam yang benci, tak suka Islam berkibar, tak senang Islam berjaya di muka bumi, mereka tak rela jika umatMu mampu memimpin dunia dengan tatananMu. Ya Allah ampuni kami, jika kami belum mampu menolong, membantu saudara-saudara kami yang nista dan menderita lantaran keterbatasan kami. Ya Robbana tolonglah saudara-saudara kami dari musuh-musuhMu dengan bantuan balatentara dari langit dan bumi, teguhkan hati mereka dalam agamaMu, hancurkan musuh-musuh mereka, cerai beraikan mereka, seranglah mereka dari berbagai arah, perlihatkan keajaiban kekuasaan dan kebesaranMu kepada mereka.
Ya Allah jangan Engkau tinggalkan dosa kami kecuali Engkau ampuni, jangan biarkan orang sakit diantara kami, kecuali Engkau sembuhkan. Jangan sisakan hutang kami kecuali Engkau bantu melunasinya, Jangan Engkau tinggalkan seorang dalam keadaan susah dan resah kecuali Engkau segerakan keselamatan mereka. Jangan Engkau jadikan dosa-dosa kami sebagai penghalang dari rahmat dan magfirahMu. Jangan jadikan dosa-dosa kami sebagai penghalang dari bantuan dan limpahan rizkiMu. Jangan jadikan dosa-dosa kami sebagai penghalang dari wujudnya persaudaraan diantara kami, pertautkan hati kami dalam rengkuhan berkah dan rahmatMu.
Ya Allah jadikan kami, orang-orang yang senantiasa mengabdi kepadaMu, berbakti kepada orang tua kami, agar kami dapat membalas jerih payah dan pengorbanan mereka sejak kami dalam kandungan hingga kami besar, ampuni dosa-dosa mereka ya Allah, cucurkan rahmat kasihMu kepada mereka, sebagaimana mereka telah mendidik dan mengasuh kami dengan penuh kasih sayang dan belaian cintanya.
Ya Allah, kami juga bersyukur atas karunia yang Engkau berikan berupa amanah pasangan hidup dan anak-anak. Namun secara jujur kami mengakui, belum banyak yang dapat kami tunaikan dalam mengemban tugas dan amanah ini. Untuk itu ya Allah bantulah kami dari kelemahan-kelemahan kami, jangan sampai pasangan hidup dan anak-anak kami menjadi fitnah bagi kami di dunia, terlebih di akhirat. Jadikan mereka perhiasan hidup dan penyejuk hati yang dapat mengokohkan iman kami.
Ya Allah, tunjukilah para pemimpin bangsa ini ke jalanMu yang lurus, berilah mereka kesabaran dalam memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara ini, sadarkan orang-orang yang zhalim diantara mereka, tampakkan orang-orang yang berhati buruk dan berniat makar terhadap kami, sibukkan orang-orang yang zhalim dengan kawan-kawan zhalim mereka, jangan Engkau beri kesempatan berkuasa bagi mereka yang tidak mampunyai rasa takut kepadaMu dan tidak menaruh belas kasih kepada kami.
Ya Allah, ampuni segala dosa saudara-saudara kami seiman dan seperjuangan dan ampuni dosa-dosa kaum muslimin dan muslimat. Jangan biarkan tumbuh dalam hati kami rasa hasad, dengki, dendam, permusuhan dan perselisihan. Jadikan jiwa dan hati kami berkumpul di atas mahabbah dan kecintaan kepadaMu, himpunlah jiwa kami dalam ketaatan kepadaMu, bersatu padu dalam dakwah dan perjuangan membela agamaMu.
Ya Allah kokohkan ikatan persaudaraan kami, kekalkan cinta di antara kami, tunjukkan kami, penuhi jalan hidup kami dengan sinarMu yang tak pernah pudar, hiasi jiwa kami dengan tawakal kepadaMu, hidupkan jiwa kami dalam ma’rifah kepadaMu dan matikan kami sebagai syahid di jalanMu .
Ya Allah dengan kerendahan diri dan ketundukan hati, kami memohon agar Engkau mengabulkan permohonan dan pinta kami.
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
0 comments:
Post a Comment