Kaum
Muslimin yang berbahagia
Terlebih
dahulu khatib ingin menyampaikan wasiat, marilah kita senantiasa meningkatkan
ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memantapkan ketaqwaan itu
sebagai modal rohaniah dalam meraih kebahagiaan maupun dalam menghadapi
berbagai problema kehidupan.
Salah
satu di antara kebahagiaan yang tidak bisa dinilai dengan materi ialah
kebahagiaan hidup dalam keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Sehingga ada
ungkapan seorang penasehat perkawinan, “andaikan di dunia ia da surga, surga
itu ialah perkawinan yang bahagia. Andaikan di dunia ia ada neraka, neraka itu
adalah perkawinan yang gagal.”
Syariat
Islam tentang munakahat atau perkawinan dan kehidupan keluarga adalah bertujuan
untuk mewujudkan kehidupan yang diliputi ketenangan dan kebahagiaan, atau dalam
istilah agama disebut sakinah.
Dalam
al Qur’an, Allah menggunakan istilah mitsaaqon ghaliizha (perjanjian yang
kokoh) ketika menyebut hubungan yang kokoh dengan akad nikah di antara manusia.
Pernikahan menuntut setiap orang yang terkait di dalamnya untuk memenuhi hak
dan kewajiban secara konsisten baik sebagai suami maupun sebagai istri dalam
posisi dan kedudukan yang adil.
Dengan
demikian, membina keluarga sakinah merupakan kepentingan dan keperluan setiap
muslim, terutama pasangan suami istri yangmenjalani kehidupan dalam sebuah
perkawinan.
Kaum muslimin yang berbahagia
Keluarga
sakinah tidaklah terwujud begitu saja, tetapi diperlukan ikhtiar atau kiat-kiat
untuk membina, memelihara, mempertahankannya. Dalam khutbah yang singkat inni
akan dikemukakan beberapa kiat untuk membina keluarga sakinah.
Kiat Membina keluarga sakinah.
1. Islam
mengajarkan agar seorang muslim memperhatikan kriteria dalam memilih jodoh.
Rasulullahu’alaihi Wasallam membir tuntunan memilih jodoh sebagaimana terdapat
dalam Hadits Rosulullah SAW. Yang artinya: Rasulullah SAW bersabda: “Perempuan
itu dinikahi karena empat hal, yaitu karena hartanya, karena keturunannya,
karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka carilah yang beragama supaya
kamu berbahagia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Diantara
suami istri hendaknya saling menutupi kekurangan dan melengkapinya.
Allah berfirman:
£`èd Ó¨$t6Ï9 öNä3©9 öNçFRr&ur Ó¨$t6Ï9 £`ßg©9 3
“.... mereka adalah Pakaian bagimu,
dan kamupun adalah Pakaian bagi mereka.”(QS. Al Baqarah, 2: 187)
Abdullah
Yusuf Ali dalam tafsir The Holy Qur’an menjelaskan makna ayat di atas:
“Laki-laki dan perempuan menjadi pakaian satu sama lain, yakni saling menopang,
saling menghibur dan saling melindungi; menyesuaikan diri satu sama lain seperti
pakaian yang disesuaikan dengan badan kita.”
3. Suami
sabagai kepala keluarga wajib berupaya untuk menciptakan suasana yang damai,
anyaman dan menyenangkan bagi segenap anggota keluarganya. Allah memberikan
tuntunan dalam Al Qur’an:
£ Å$rã÷èyJø9$$Î `èdrçŽÅ°$tãur
“... dan bergaullah
dengan mereka (istrimu) secara patut (baik), (QS. An Nisa, 4: 19)
4. Hal
yang sangat penting dan menentukan adalah menghidupkan suasana keagamaan di
tengah keluarga. Suasana keagamaan dan keIslaman yang menjiwai kehidupan dalam
keluarga akan menjadikan keluarga itu penuh kerukunan, ketenangan, kebahagiaan,
dan keberkahan.
Lingkungan
keluarga yang penuh suasana keislaman merupakan wahana yang sangat diperlukan
bagi tumbuh dan membudayanya sikap dan perilaku positif dalam keluarga. Sikap
dan perilaku positif dalam keluarga adalah faktor yang besar pengaruhnya dalam
membentuk kebahagiaan dan sakinah, seperti sikap saling menyayangi, saling
menghargai, saling mempercayai, saling memaafkan, dan sebagainya.
Kaum
Muslimin yang berbahagia
Perkawinan
pada hakekatnya menggabungkan dua pribadi yang memiliki sifat, kebiasaan,
karakter, kemauan dan keinginan yang berlainan dalam satu irama kehidupan. Maka
di sinilah pentingnya pemahaman diri setelah nikah sebagai salah satu kunci
suksesnya sebuah perkawinan dan pembinaan keluarga sakinah. Untuk itu pasangan
hidupnya dengan segala kelebihan dan kekurangannya sebagai manusia biasa.
Ingat
Rasulullah SAW bersabda: “Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan,
adalah perempuan (istri) yang shalehah.”
Berdsarkan
Hadits itu maka mengandung indikasi bahwa “Istri yang bila kamu pandang
menyenangkan hati, bila kamu suruh dia memperkenankan, dan bila kamu bepergian
dia pelihara harta dan kehormatan.”
Sementara
hadits, untuk suami yang baik juga dicontohkan sebagaimana tolok ukurnya:
“Sebaik-baik kamu (Suami) adalah yang paling baik perlakuannya terhadap
istrinya.”
Dalam
Hadits lain Rasulullah Mengemukakan: “Apabila Allah menghendaki sebuah keluarga
itu mendapat kebaikan, maka ada 5 ciri pembinaan keluarga yaitu: Keluarga atau
rumah tangga itu taat beragama, yang muda menghormati yang lebih tua, mencari
penghidupan dengan lembuat, tidak tamak dan tidak serakah, menafkahkan hartanya
tidak boros dan tidak kikir; mereka cepat melihat (menyadari) kesalahan dan
kekurangannya kemudian bertobat kepada Allah; Jika Allah menghendaki
sebaliknya, maka Ia biarkan keluarga itu dalam kehinaan.” (HR. Baihaqi dan
Anas)
Kaum
Muslimin Yang berbahagia
Saat-saat
sulit pasti pernah dialami oleh setiap keluarga dalam bentuk dan tekanan yang
berbeda. Karena itu dalam ilmu perkawinan dikenal istilah “merawat ciinta
kasih.” Cinta kasih adalah faktor yang sangat berperan dalam merajut keluarga
sakinah, mawaddah dan warohmah.
Untuk itu mari kita senantiasa dan
sekuat kemampuan kita untuk membangun keluarga yang kita cita-citakan dari awal
perkawinan, dan tentunya dalam membentuk keluarga yang demikian adalah dari
kedua belah pihak yakni suami istri dan didukung oleh anggota keluarga yang
lain, jangan sia-siakan perkawinan anda, dengan demikian insyaAllah akan
menggantarkan anda pada kebahagiaan dunia dan akherat, amin ya robbal alamin...
أَقُولُ
قَوْ لِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ
هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ
Bacaan khutbah jumat pertama
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ،
أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Baca juga
artikel tentang “Bahagia itu dekat, tetapi kita tidak melihatnya” atau “38perkara yang menyebabkan manusia berbahagia” dan “Cobaan, ujian itu bukan akhirkehidupan” semoga bermanfaat dan terima kasih atas kunjungan anda.
0 comments:
Post a Comment