Saudara-saudara kaum Muslimin jamaah Jum’ah yang berbahagia.
Didalam
khutbah jum’ah ini, kami akan berikan anjuran terlebih buat saya sendiri serta
untuk jamaah seluruhnya.
untuk melakukan perbaikan kualitas ibadah kita, marilah kita senantiasa bertaqwa pada Allah saja, tidak pada selain-nya. Senantiasa bersyukur pada Allah setiap saat, di tiap-tiap area, serta di tiap-tiap situasi, atas semua kesenangan serta karuniaNya yang tidak bisa kita kalkulasi. juga senantiasa menggerakkan yang disyari’atkan Allah serta yang disampaikan oleh Rasulullah shallallaahu alaihi wa salam, dengan cara ; seluruh yang diperintah-kan kita lakukan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kekuatan ; namun yang dilarang kita tinggalkan, tidak kita kerjakan, apalagi mendekatipun janganlah.
untuk melakukan perbaikan kualitas ibadah kita, marilah kita senantiasa bertaqwa pada Allah saja, tidak pada selain-nya. Senantiasa bersyukur pada Allah setiap saat, di tiap-tiap area, serta di tiap-tiap situasi, atas semua kesenangan serta karuniaNya yang tidak bisa kita kalkulasi. juga senantiasa menggerakkan yang disyari’atkan Allah serta yang disampaikan oleh Rasulullah shallallaahu alaihi wa salam, dengan cara ; seluruh yang diperintah-kan kita lakukan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kekuatan ; namun yang dilarang kita tinggalkan, tidak kita kerjakan, apalagi mendekatipun janganlah.
Saudara-saudara
jamaah jum’ah yang dimuliakan Allah.
Krisis yang berlangsung di Indonesia satu tahun lebih yang lantas hingga saat
ini, bukan hanya saja krisis moneter namun juga krisis keyakinan pada agama Islam
oleh penganutnya sendiri. krisis keyakinan pada kebenaran Islam sebagai agama
universal serta paripurna tidak bisa dipungkiri sudah menempa beberapa orang
yang mengaku dirinya beragama Islam. ini dapat dibuktikan dengan pola hidup
mereka yang dilihat dengan lahiriyah tetap ada saja kesamaan dengan pola hidup
orang-orang yang nonmuslim. Contohnya didalam problem makan minum dengan
berdiri serta dengan tangan kiri kaum muslim ada banyak yang ikut-ikutan
berbuat demikianlah pada acara-acara resmi, walau sebenarnya makan serta minum
dengan tangan kiri atau berdiri bukan hanya norma Islami. sesaat bila lihat
kaum wanita di jalan-jalan, sukar dibedakan pada seorang muslimah dengan
non-muslimah, karena rambut keduanya sama tampak, betis keduanya sama terbuka, keduanya
sama menor didalam bersolek apalagi keduanya sama kenakan pakaian ketat. yang
mana seluruhnya dilarang didalam Islam.
Kaum muslimin yang berbahagia.
Boleh jadi semua itu akibat ketidaktahuan atau ketidak fahaman. Namun
ketidak tahuan itu adalah akibat bahwa kebanyakan kaum muslimin telah
kehilangan kepercayaan terhadap Islam, sehingga mereka cenderung mengabaikan
ajaran-ajarannya. Mempelajari ilmu-ilmu Islam dianggap ketinggalan jaman.Banyak
orang Islam, bahkan kalangan akademik yang beranggapan mempelajari ilmu-ilmu
Islam tanpa dicampur dengan teori-teori ilmu barat, suatu kemunduran.Tidak
sesuai dengan perkembangan jaman dan seterusnya. Bukankah itu krisis
kepercayaan terhadap Islam?
Umumnya seseorang diketahui sebagai seorang muslim, apabila ia
melaksanakan shalat atau ketika diajak berbicara. Hanya dalam beberapa kalangan
atau kawasan saja terdapat suatu kelompok sosial secara lahiriah tampak sebagai
muslim, sebab perempuan-perempuan mereka berjilbab misalnya.
Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, pasti mengimani
dan meyakini bahwa hanya Islam sajalah yang terbaik dan benar, sebagai pedoman
beribadah dan pedoman hidup didunia. Sebab ia meyakini bahwa segala yang
dikatakan Allah dan RasulNya pasti benar dan baik.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya agama (yang ada) di sisi Allah adalah Islam.” (Ali Imran: 19)
Berkaitan dengan ayat ini, Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan
bahwa ayat tersebut merupakan berita dari Allah Subhannahu wa Ta'ala bahwa
tidak ada agama apapun yang diterima di sisi Allah, kecuali Islam. Sedangkan
Islam ialah ittiba’ (mengikuti) rasul-rasul Allah yang diutus untuk
tiap-tiap masa, sampai akhirnya ditutup dengan rasul terakhir Muhammad
Shallallaahu alaihi wa Salam. Sehingga jalan menuju Allah tertutup kecuali
melalui jalan Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam. Karenanya, siapa yang menghadap
Allah Subhannahu wa Ta'ala setelah diutusnya Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi
wa Salam dengan menggunakan agama yang tidak berdasarkan syariat beliau, maka
tidak akan diterima. Seperti halnya firman Allah pada ayat yang lain:
“Barang siapa mencari agama selain agama Islam,
maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya dan dia di
akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran: 85).
Jamaah Jum’ah yang dimuliakan Allah.
Demikian pula pada ayat di atas Allah memberitahukan tentang pembatasan
agama yang diterima di sisiNya, hanyalah Islam. Dengan kata lain, bahwa selain
Islam adalah agama yang batil. Tidak akan membawa kebaikan dunia dan tidak pula
akhirat. Sebab agama selain Islam, tidak diakui dan tidak dibenarkan oleh Allah
Subhannahu wa Ta'ala sebagai pedoman, baik dalam hal ibadah maupun
mu’amalah-mu’amalah duniawi.
Bukankah hanya Allah Subhannahu wa Ta'ala sendiri Yang Maha Mengetahui
dengan cara apa dan pedoman bagaimana, manusia akan mendapat maslahat hidupnya?
Bukankah Dzat Yang Maha Pencipta, yang lebih mengetahui tentang apa-apa yang
diciptakanNya? Dua ayat di atas menunjukkan hal ini semuanya. Dan kenyataan ini
masih ditunjang dengan bukti-bukti lain, yang paling utama di antaranya adalah
Firman Allah Subhannahu wa Ta'ala :
“Hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu. Dan telah Aku
sempurnakan nikmatKu untukmu dan Aku telah ridlai Islam sebagai agamamu.” (Al-Maidah: 3).
Dalam kaitannya dengan hal ini seorang tokoh ulama’ dari Yordania yaitu
Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid mengatakan dalam kitabnya Ilmu Usulil Bida’
bahwa ayat yang mulia ini membuktikan betapa syariat Islam telah sempurna dan
betapa syariat itu telah cukup untuk memenuhi segala kebutuhan makhluk, jin dan
manusia dalam melaksanakan yaitu ibadah, seperti firman Allah:
“Dan Aku tidak menciptakan jin, dan manusia kecuali supaya mereka
beribadah kepadaKu.” (Adz Dzari’at: 56).
Artinya kebenaran Islam adalah kebenaran paripurna, kebenaran menyeluruh
dan merupakan kebenaran yang betul-betul merupakan nikmat Allah yang luar
biasa. Betapa tidak, sebab apapun kebutuhan manusia dalam rangka pengabdian dan
peribadatannya kepada penciptanya sudah tertuang dan tercukupi dalam Islam.
Sesungguhnya manusia tidak membutuhkan lagi petunjuk-petunjuk lain, kecuali
Islam.
Kaum Muslimin jamaah Jum’ah yang berbahagia.
Kesempuranaan Islam adalah kesempurnaan yang meliputi segala aspek,
untuk tujuan kebahagiaan masa depan yang abadi dan tanpa batas. Yaitu
kebahagiaan tidak saja di dunia, tetapi di akhirat juga. Karena itu mengapa
orang masih ragu terhadap kebenaran dan kesempurnaan Islam? Mengapa orang masih
mencari alternatif dan solusi-solusi lain?. Islam sudah cukup, tidak perlu
penambahan atau pengurangan untuk melaksanakan ajaran-ajaran Islam. Kebenaran
dan kesempurnaan Islam ini juga telah diakui oleh pemeluk agama lain selain
Islam. Hanya saja banyak di antara mereka sendiri yang menolak, seperti
disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an:
“Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, padahal diri mereka mengakui
kebenarannya, lantaran kedzaliman dan kecongkakan.” (An-Naml: 14).
Jamaah shalat Jum’at yang berbahagia.
Dari uraian di atas, seluruh ummat Islam harus merenung ulang mengapa ia
harus beragama Islam?. Bagaimana agar ia berada dalam lingkungan kebenaran?.
Seorang pembaharu abad XII Hijriah, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab memberikan
konsep renungan kepada kita sebagai berikut:
Pertama; Seorang muslim harus merenung dan memahami bahwa ia diciptakan,
diberi rizki dan tidak dibiarkan . Itulah sebabnya Allah mengutus rasulNya
ketengah-tengah manusia. Tidak lain untuk membimbing mereka. Artinya ia, hidup
dan ada di muka bumi karena diciptakan Allah, ia diberi berbagai fasilllitas,
rizki yang lengkap, mulai dari kebutuhan oksigen untuk bernafas sampai rumah
sebagai tempat berteduh dan lain-lainnya sampai hal-hal yang di luar kesadaran
manusia. Semua itu bukan untuk hal yang sia-sia. Di dalam Al-Qur’an Allah
menerangkan:
“Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami mencipta-kan kamu
secara main-main saja, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?.
Maka Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada sesembahan yang berhak
disembah selain Dia.” (Al-Mukminuun: 115-116).
Karena manusia tidak seperti binatang, yaitu tidak dibiarkan bebas
sia-sia, tidak diabaikan dan tanpa aturan, maka Allah menghendaki aturan untuk
manusia. Tentu hanya Allah yang mengetahui aturan paling tepat dan membawa
maslahat buat manusia, sebab Dia-lah pencipta manusia dan segenap makhluk
lainnya.
Aturan itu adalah yang dibawa oleh Muhammad Rasul yang diutusNya untuk
kepentingan ini. Aturan itu adalah aturan yang menata kehidupan manusia agar
selamat di dunia dan di akhirat kelak. Konsekwensinya, siapa yang taat kepada
rasul-Nya, maka ia akan selamat dan masuk Surga. Sebuah kesuksesan masa depan
yang gemilang, yang didambakan oleh setiap insan yang berakal sehat dan
berfikiran normal.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
كُلُّ أُمَّتِيْ يَدْخُلُوْنَ
الْجَنَّةَ إِلاَّ مَنْ أَبَى، قَالُوْا: يَا َرُسْولَ اللهِ وَمَنْ يَأْبَى:
قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِيْ دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِيْ فَقَدْ أَبَى. (رواه
البخاري).
“Tiap-tiap ummatku masuk Surga kecuali yang menolak. Ditanyakan kepada
beliau: “Siapa yang menolak ya Rasululllah?” Beliau menjawab: “Siapa yang taat
kepadaku ia akan masuk Surga dan siapa yang durhaka kepadaku maka ia telah
menolak”. (HR. Al-Bukhari).
Jamaah Jum’ah yang berbahagia.
Konsep yang kedua: Seorang muslim harus memahami bahwa Allah tidak
ridla, jika dalam peribadatan kepadaNya, Dia disekutukan dengan selainNya.
Sekalipun Malaikat yang dekat denganNya ataupun Nabi utusanNya, sebagaimana
firmanNya:
“Dan sesungguhnya masjid-masjid adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah
kamu menyembah seseorangpun didalamnya disamping (menyembah ) Allah..” (Al-Jin: 18)
Konsep yang ketiga: Jika sudah menjadi orang yang taat kepada Rasul
Allah, dan bertauhid kepada Allah, maka konsekwensi berikutnya yang harus
dipahami adalah prinsip Wala’ dan Bara’. Artinya loyalitasnya hanya diberikan
kepada Allah dan RasulNya dan orang-orang yang beriman. Sebaliknya ia tidak
memberikan kecintaan dan kasih sayangnya kepada siapapun yang menentang Allah
dan RasulNya, sekalipun kerabat terdekatnya.
Kaum muslimin jamaah Jum’ah yang berbahagia.
Itulah hakikat Islam yang dengan ucapan singkat berarti berserah diri
sepenuhnya kepada Allah dengan cara mentauhidkan-Nya; bersikap patuh
terhadapNya dengan cara menjalankan ketentuan-ketentuanNya; dan bersikap
membebaskan diri; mem-benci dan memusuhi kemusyrikan beserta para pendukungnya.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ
الْكَرِيْمِ: قُلْ هَذِهِ سَبِيْلِيْ أَدْعُوْ إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيْرَةٍ أَنَا
وَمَنِ اتَّبَعَنِيْ وَسُبْحَانَ اللهِ وَمَا أَنَا مِنَ المْشُرْكِيِنْ.َ
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا
وَاسْتَغْفِرُوْا اللهَ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ؛
قَالَ اللهُ تَعَالَى: اَلْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلاَ تَكُوْنَنَّ مِنَ
الْمُمْتَرِيْنَ.
Ma'asyirol Muslimin rahimakumullah
Berdasarkan keterangan dan uraian kami pada khutbah pertama, maka ummat
Islam hendaknya benar-benar mampu membuktikan bahwa syari’at Islam yang akan
menghantarkan pemeluknya menuju sukses hidup di dunia dan di akhirat, Sedangkan
agama lain selain Islam jelas batil dan tidak bermanfaat.
Sebagai bukti seorang telah mempercayai Islam sebagai agama yang benar,
maka ia harus mengikuti dan taat kepada Rasul Nya, bertauhid kepada Allah dan
hanya memberikan loyalitasnya kepada Allah, RasulNya, dan kaum Muslimin, serta
memberikan permusuhan kepada musuh-musuh Allah dan RasulNya.
Sedangkan jalan ke sana sekarang harus ditempuh dengan tashfiyah
(pemurnian) dan tarbiyah (pendidikan), sebab ajaran Islam telah banyak
disusupi ajaran-ajaran asing, yang dianggap merupakan bagian dari ajaran-ajaran
Islam.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا
عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ
قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ
يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ
فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Bacaan Khutbah Jum’at Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ؛
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ
الْكَرِيْمِ: {يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ}. {وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ
اْلإِسْلاَمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي اْلآخِرَةِ مِنَ
الْخَاسِرِينَ}
وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: كُلُّ أُمَّتِيْ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَنْ أَبَى، قَالُوْا:
يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَنْ يَأْبَى: قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِيْ دَخَلَ الْجَنَّةَ
وَمَنْ عَصَانِيْ فَقَدْ أَبَى. (رواه البخاري).
Silahkan
baca juga “Kebahagiaanitu dekat, tetapi kita tidak melihatnya”, atau “Cobaan, Ujian itu
bukanlah akhirkehidupan”, dan “Dari kepedihan akan
muncul harapan” terima kasih atas kunjungan anda.
mohon izin di copy
ReplyDeleteizin di copy buat tugas sekolah thx
ReplyDeletemakasih
ReplyDelete